Thursday, 30 October 2008

sumber : Ustadz Abdullah Sholeh Hadrami

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah Subhanahuwata’ala

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami














... Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta'atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. AnNissa:34)
fashsholihaat wanita-wanita yang sholihah adalah qonitat.
qonitat maksudnya adalah taat kepada allah dan taat kepada suaminya
hafidhotul lilghoibi dia pandai menjaga dirinya ketikas suami lagi tidak ada yang mana dalam hadits shohih (HR. Ahmad)



ketika Rasulullah
SAW ditanya tentang wanita sholihah beliau mengatakan (yang maknanya):

"Istri yang apabila dipandang suaminya ia menyenangkan tidak bermuaka masam, tidak cemberut, bahkan dia berseri-seri. Apabila kamu perintah ia taat dan nurut jadi taat kepada suami selama tidak disuruh maksiat, dia taat semampunya. Apabila suaminya pergi keluar kota, ada perlu satu atau dua hari, satu atau dua minggu, maka istri menjaga dirinya dan menjaga harta suaminya."
itu diantara ciri-ciri wanita yang sholihah



Kemudian, wanita yang sholihah hendaklah wanita yang juga taat kepad Allah SWT sebagaimana dalam hadits shohih Rasulullah SAW bersabda :

"Apabila wanita itu sholat lima waktu dengan benar, puasa romadhon dengan benar, dia menjaga kehormatannya dan dia taat kepada suaminya, maka pastilah dia masuk ke dalam surga dari pintu mana yang dia inginkan." (Bahjatun Nadhirin, Syikh Salim Al-Hilaly : 1/372)
itulah diantara ciri-ciri wanita yang sholihah


Berikut ini antara lain perincian dari dua syarat di atas:

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami
- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.
- Tidak cemberut di hadapan suami.
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami.
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga


Don't be Judge Ur Self!!

Ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan harapan, kita cenderung untuk menyalahkan orang lain. Dengan menyalahkan orang lain, sebetulnya kita sudah kehilangan kesempatan yang sangat berharga untuk belajar dari kesalahan tersebut!

Padahal, kenyataannya adalah; dunia ini menjadi sedemikian maju karena “kesalahan-kesalahan” yang pernah terjadi.

Ketika kita menyalahkan orang lain, sesungguhnya itu berarti bahwa kita memberikan “kekuatan” kepada orang tersebut untuk memiliki pengaruh atas suatu kondisi.

Sebagai contoh; “Jika si A melakukan apa yang disepakati sebelumnya, kejadian buruk ini tidak akan terjadi”.
Mungkin saja benar. Namun, Anda harus mengerti bahwa pernyataan tersebut memberikan si A kekuatan dan pengaruh atas suatu kondisi, dan biasanya, kita hanya dapat belajar sedikit dari masalah tersebut.

Oke, anggaplah kita berhasil mengatasi keinginan untuk menyalahkan orang lain. Namun yang terjadi adalah, biasanya kita cenderung untuk membenarkan kondisi tersebut.

Sebagai contoh; “Seharusnya Saya bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut, tapi karena kemarin Saya melakukan perjalanan sepanjang malam dan Saya terlalu letih untuk dapat fokus pada pekerjaan hari ini, maka Saya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut”.

Hati-hatilah! Ini adalah bentuk lain dari “menyalahkan sesuatu diluar diri kita sendiri”!

Jika kita tidak menyalahkan orang lain, maka kita cenderung untuk menyalahkan lingkungan, kondisi, dan lain sebagainya. Sekali lagi, bagaimanapun masuk akalnya pembenaran yang kita berikan, kita tetap kehilangan kesempatan untuk belajar secara optimal dari kejadian tersebut!

Bentuk lain dari “menyalahkan” adalah; jika kita tidak menyalahkan orang lain atau lingkungan, kita cenderung untuk menyalahkan diri sendiri. Hal inipun mengurangi kemungkinan kita untuk dapat belajar dari kesalahan yang terjadi. Walaupun jauh lebih baik daripada menyalahkan orang lain, lingkungan, dan lain sebagainya.

Lantas, dimana “tempat” yang paling optimal untuk melihat permasalahan dan pengalaman hidup yang terjadi? Siapa dan apa yang seharusnya “disalahkan”?

Dari sudut pandang tanggung jawab seorang individu, jawabannya adalah hentikan menyalahkan siapapun juga, termasuk diri Anda sendiri, dan mulailah belajar dari setiap permasalahan yang terjadi!

Kita mungkin saja tidak memiliki tanggung-jawab atas semua hal yang terjadi di dunia ini. Namun, jika kita lebih bersedia untuk melihat dunia dari sudut pandang yang lebih tinggi dan luas, maka semakin besar kontrol atas hidup ini dapat kita miliki. Dari sudut pandang ini, kita memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk belajar sebanyak mungkin dari setiap kejadian.

Anda mungkin sudah pernah mendengar kalimat berikut; “Hidup adalah serangkaian pilihan-pilihan”. Dengan melihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih luas (above the line), Anda akan mampu untuk belajar dari setiap kejadian dalam hidup Anda.

Sebagai hasilnya, “pilihan hidup” Anda berikutnya dapat Anda pilih secara lebih bijak.

Selalulah untuk melihat sesuatu dari perspektif yang lebih luas, karena seorang yang berhasil melakukan hal tersebut!